SEMANGAT MENCERDASKAN BANGSA

Friday 21 June 2013

BLSM BUKAN SOLUSI




Seiring dengan kenaikan BBM yang dimumkan 21 Juni 2013 pukul 22.00 WIB pemerintah telah mencetuskan berbagai program untuk bisa menjembatani kepanikan masyarakat terhadap kenaikan BBM salah satunya adalah BLSM. Namun, program ini mendapatkan berbagai komentar baik yang pro maupun kotra terhadap keputusan ini.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap BLSM, yang sampai saat ini cukup banyak diperdebatkan ada berbagai realita di masyarakat yang menyebabkan BLSM ini justru berdampak negatif diantaranya adalah:

Mendidik hidup malas
BLSM dicairkan selama lima bulan, hal ini sama saja memberi uang tanpa perlu kerja keras, dengan cukup mengantri dan menunjukkan kartu BLSM uang sudah ditangan. Jika seperti itu orang akan cenderung pasif, tidak berupaya beradaptasi dengan kenaikan BBM tetapi justru menunggu belas kasihan pemerintah dari BLSM

Memunculkan konflik horizontal
Konflik hotizontal terjadi sesame masyarakat, biasanya hal Ini terjadi jika BLSM salah sasaran. Orang yang mampu mendapatkan tetapi orang yang tidak mampu justru tidak mendapatkan.  Jika hal pemberian BLSM ini tidak dikelola dengan baik maka konflik akibat salah sasaran akan muncul.

Mendidik pola hidup konsumtif
Pemberian BLSM seringkali hanya digunakan untuk membeli kebutuhan yang sifatnya sekunder. Karena untuk barang-barang kebutuhan primer sudah tercukupi dari hasil bekerja. Ibarat kata BLSM adalah bonus dari pemerintah atas kenaikan BBM. Saat maindset masyarakat demikian maka Bantuan tersebut sering dimanfaatkan untuk member barang-barang konsumtif.

Membentuk maindset salah
Saat kenaikan BBM pemerintah menghibur masyarakat miskin dengan BLSM, dengan seperti ini pemerintah seolah menina bobokkan rakyat kecil. Seolah dengan kenaikan BBM sudah ada penggantinya. Namun, banyak yag tak menyadari jika BLSM sifatnya hanya sementara, saat BLSM dihentikan daya beli masyarakat melemah karena semakin tingginya harga kebutuhan pokok akibat inflasi.

Dengan kenaikan BBM ini mudah-mudahan rakyat Indonesia dapat bertahan terhadap perubahan harga kebutuhan pokok. Kebijakan seoalh seperti dua mata pedang disatu sisi berdampak negative tetapi disisi lain berdampak positif. Terlepas dari dampak yang timbul pemerintah hendaknya bijaksana dalam meminimalisir dampak negatif perubahan harga BBM.