Pages - Menu

Monday, 9 January 2012

Metode Pembelajaran Student Teams - Achievement Divisions


Anita Lie (2004 :  22) meyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model  pembelajaran, yaitu  model kompetisi, model individual, dan model kooperatif.  Di antara ketiga model pembelajaran tesebut yang sekarang sedang  memasyarakat untuk diterapkan adalah pembelajaran  kooperatif. Pembelajaran  kooperatif  adalah belajar  kelompok  atau  belajar  dalam  team.  Sedangkan  Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. (Johnson dalam Isjoni, 2007: 15-16).
Lebih lanjut, Djahiri K dalam Isjoni (2007 : 19) menyebutkan “Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative learning dapat  dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, dan efisien ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive)”.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen - elemen yang saling terkait. Lie dalam Sugiyanto (2009: 40-42) mengemukakan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut : “(1) Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. (2) Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. (3) Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual, selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa”.