SEMANGAT MENCERDASKAN BANGSA
Showing posts with label SEBUAH KAJIAN TEORI. Show all posts
Showing posts with label SEBUAH KAJIAN TEORI. Show all posts

Monday, 16 April 2012

CIRI SISWA BERMOTIVASI


Menurut Sardiman A. M (1996: 75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar tersebut dan juga memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dalam belajar tercapai.
Menurut Sardiman (1996: 85) fungsi motivasi bagi siswa antara lain:
1.      mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
2.      menentukan arah, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,
3.      menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Utami Munandar (1992: 34-35) menyatakan ciri siswa yang bermotivasi, antara lain:
1.      tekun menghadapi tugas,
2.      ulet menghadapi tugas,
3.      tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,
4.      ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan,
5.      selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin,
6.      menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah,
7.      senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif),
8.      dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya,
9.      mengejar tujuan-tujuan jangka panjang,
10.  senang mencari dan memecahkan soal-soal.

MOTIVASI BELAJAR, PENGERTIAN DAN MACAMNYA


Menurut Sardiman (1996: 73-75) motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan. Berasal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
Menurut Moh. Uzer Usman (2000: 28:29) motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Elida Prayitno (1989: 30) menyatakan bahwa motivasi diartikan sebagai jantungnya proses belajar bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang termotivasi dalam belajar, menunjukkan minat, kegairahan dan ketekunan yang tinggi dalam belajar, tanpa tergantung banyak kepada guru.
Dilihat dari alasan timbulnya motivasi Burton yang dikuitip oleh Pasaribu dan Simanjuntak (1983: 53) membagi motivasi menjadi dua.
a.       Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam individu untuk berbuat sesuatu.
b.      Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbulnya dari luar individu.
Sardiman A. M (1996: 75) mengatakan bahwa motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu dapat timbul di dalam diri seseorang. Sedangkan Sumadi Suryabrata (1983: 9) mengemukakan pendapatnya bahwa motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik.

METODE EKSPOSITORI


Menurut Tim MKPBM (2001: 171) metode ekspositori sama seperti metode ceramah tetapi dominasi guru banyak berkurang, karena guru tidak terus-menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan membimbing siswa dalam memahami materi serta memberi contoh soal.
Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan saja, tetapi juga membuat soal  dan bisa bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, atau menjelaskan kembali kepada siswa secara individual atau klasikal. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri atau juga dapat berdiskusi dengan temannya.

Thursday, 29 March 2012

PRINSIP BELAJAR



Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
  • Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 
  • Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut discovery; 
  • Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 
  • Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapai; 
  • Belajar memerlukan saran yang cukup,sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;

  • Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya ber-eksplorasi dan belajar dengan efektif; 
  • Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
Belajar adalah proses kontinyuitas,sehinggamendapatkan pengertian yang diharapkan. Menimbulkan respon yang diharapkan. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa (Slameto, 1991:27-28). Dari prinsip yang telah dikemukakan di atas dapat dipakai sebagai acuan bagi kita untuk menyusun prinsip-prinsip belajar yang lebih sesuai.

Friday, 23 March 2012

TAKSONOMI BLOOM DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI


Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a.       Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
b.      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c.       Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
a.       Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
1)      Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Kata kerja yang digunakan adalah Mengidentifikasi, menyebutkan, memberi nama pada, menyusun daftar, menggaris bawahi, menjodohkan, memilih, memberikan definisi. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan mengenai definisi iklim dapat menguaraikannya dengan baik.
Contoh soal: Apakah pengertian iklim…..!
2)      Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb. Kata kerja yang digunakan, Menjelaskan, menguraiakan, merumuskan, merangkum, mengubah, memberikan contoh, tentang menyadur, meramalkan,memperkirakan, menerangkan.
Contoh soal: jelaskan siklus hidrologi dibawah ini







3)      Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart. Kata kerja yang digunakan adalah, Memperhitungkan, membuktikan, menghasilkan, menunjukan, melengkapi, menyediakan, menyesuaikan, menemukan.
Contoh soal : Jika jarak A-B adalah 5cm pada peta dengan skala 1:25000 hitung jRk A-B sebenarnya…..!

4)       Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan. Kta kerja yang digunakan adalah, Memisahkan, menerima, menyisihkan, menghubungkan, memilih, membandingkan, mempertentangkan, membagi, membuat diagram/skema, menunjukan hubungan antara
Contoh soal : Apakah kaitan antara perubahan iklim dengan terjadinya peristiwa Elnino dan La Nina?

5)      Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Kata kerja yang digunakan adalah mengkategorikan, mengkombinasikan, mengarang,menciptakan,mendesain, mengatur, menyusun kembali, merangkaikan, menghubungkan, menyimpulkan, merancangkan, membuat pola.
Contoh soal: Bagaimanakah perkembangan kota Solo jika dilihat hierarki kotanya.

6)      Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, Siswa diminta mengevaluasi apakah satu model dapat diterapkan dalam setiap aspek. Kata kerja yang digunakan adalah, memperhitungkan, membuktikan, menghasilkan, menunjukan, melengkapi, menyediakan, menyesuaikan, menemukan.
Contoh soal: Jelaskan apakah teori perkembangan kota menurut Ernest Burges berlaku untuk Kota Solo….!

b.      Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
1)      Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
2)      Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
3)      Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
4)      Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
5)      Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

c.       Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
1)   Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
2)   Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
3)   Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4)   Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
5)   Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
6)   Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
7)   Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.