Secara garis
besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik cenderung memberikan
informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas, sehingga
sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan
skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.
Pada peta
geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan belum
memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai dasar
(landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan
komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta
geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone)
Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan
(land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system)
struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi
analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat
regional dalam ukuran propinsi, pulau atau negara.
Simbol warna
digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di
dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi,
sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen dan Van
Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang
merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu
bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol
warna.
Bentuk Lahan
|
Warna
|
Bentuklahan asal struktural
|
Ungu / violet
|
Bentuklahan asal gunungapi
|
Merah
|
Bentuklahan asal denudasional
|
Coklat
|
Bentuklahan asal laut (marine)
|
Hijau
|
Bentuklahan asal sungai (fluvial)
|
Biru tua
|
Bentuklahan asal glasial (es)
|
Biru muda
|
Bentuklahan asal aeolian (angin)
|
Kuning
|
Bentuklahan asal karst (gamping)
|
Jingga (orange)
|