SEMANGAT MENCERDASKAN BANGSA

Thursday, 16 February 2012

FAKTA TERBALIK MENGENAI BUAYA DARAT



Lelaki buaya darat, Busyet..! aku tertipu lagi..." begitulah lagu yang dipopulerkan grup Ratu, yang pernah populer ditelinga pendengar musik di Indonesia. Dalam lagu ini buaya darat digambarkan sebagai sosok yang suka menipu wanita dan bergonta-ganti pasangan. Hal ini semakin mengukuhkan buaya sebagai simbol atau maskotnya para petualang cinta yang sering bergonta ganti pasangan.

Kapan mulai muncul istilah buaya darat ?
Sejarahnya berawal dari desa Soronganyit:”Pada tahun 1971, di sebuah daerah yang bernama Soronganyit yang terletak di sekitar Jember tersebutlah terdapat sebuah tambak buaya, dan buaya buaya tersebut sudah mempunyai jadwal aktivitas yang rutin, kapan harus di darat dan kapan harus di air. Nah pada suatu hari pemilik tambak kehilangan satu ekor buaya jantan. Tentu saja satu desa gempar dan semua penduduk akhirnya ketakutan, mungkin karena takut dimangsa oleh buaya tersebut banyak penduduk yang melakukan hal yang aneh-aneh. Ada yang mengurung diri di rumah, ada yang ke dukun dll.
Pada bulan ketiga setelah kegemparan terjadi, akhirnya buaya tersebut ditemukan di salah satu desa tetangga, yang lingkungannya cukup tandus kering kekurangan air. Tetapi anehnya buaya tersebut bisa bertahan hidup tanpa air selama tiga bulan, hanya dengan cara mandi kucing dengan buaya betina yang entah datang darimana, yang tentu saja bukan pasangannya yang sah. Lebih parahnya lagi, betina yang baru ini ternyata seumuran dengan anaknya sendiri, dasar buaya. Maka sejak itu melalui word of mouth, dimulai dari desa Soronganyit, jika sekiranya ada lelaki yang punya affair dengan perempuan yang bukan pasangannya, maka dia disebut “lelaki buaya darat”.

Bagaiamana faktanya?
seekor buaya jantan faktanya merupakan hewan yang paling setia terhadap pasangannya, seekor buaya jantan hanya memiliki satu pasangan saja. Buaya jantan hanya akan kawin dengan betina yang sama seumur hidupnya. Bahkan jika sang betina mati terlebih dahulu, buaya jantan akan tetap menjaga janji setia sang pasangan dengan cara tidak akan mengawiini betina lain seumur hidupnya.
Pada masyarakat Betawi, seorang mempelai pria di dalam acara perkawinan diwajibkan menyediakan roti buaya sebagai simbolisasi kesetiaan sang mempelai pria terhadap mempelai wanita, sebagai janji sehidup semati. Karena sesuai dengan sifat buaya jantan yang akan setia pada pasangan seumur hidupnya.
Jika faktanya demikian anggapan buaya darat yang ada saat ini adalah tidak tepat karena jika melihat karakteristik aslinya buaya adalah hewan yang setia pada satu pasang saja. Jadi yang lebih tepat buaya darat adalah sosok yang setia pada satu pasangan.