Ketika bel istirahat berbunyi hal yang terpikirkan adalah segera menuju kantin karena perut sudah keroncongan sekan tak sabar menunggu sampai dikantin. Ketika rasa lapar tiba maka fikiraan langsung tertuju pada warung sederhana di pojok sekolah. Setiap sampai di kantin sudah berjubel untuk mengantri makanan. Satu hal yang menarik adalah ketika mengambil makanan, setiap pengunjung mengambil sendiri makanan yang telah tersedia di dapur dengan racikan khasnya pecel daun bayam dengan saos sambal kacang ala yu karno.
Setiap istirahat tiba kantin selalu penuh, sehingga tempat untuk dudukpun seadanya. Yang paling menyenangkan adalah ketika makan di bawah pohon sudut kantin. Walaupn tak duduk dikursi namun suasana sejuk di bawah pohon kian terasa sembari bercengkerama sambil membicarakan pelajaran atau kegiatan yang lain. Canda dan tawa membuat suasana yang sedrhana menjadi akrab dan hangat.
Ketika selesai makan biasanya menuju kasir yaitu sang pemilik kantin, dengan keramah-tamahannya dan cri khasnya yang supel kadang memancing canda dan tawa para pengunjungnya. Bagi saya kantin itu tak sekedar mkan dan perut kenyang. Namun kesederhanaan dan kehangatan dalam kekeluargaan bisa terpadu dengan serasi
Kini katin yang selalu ku kunjungi 4 tahun lalu itu sudah tiada, tinggal puing-puing bekas kantin dan dapur . Karena kini mbah karno juga sudah pensiun, kini tak ada lagi pecel yu karno tak ada lagi tempe goreng mendoan yu karano, tinggal kenangan dan pelajaran kesederhanaan yang ada. Bagiku itu jauh lebih berharga dalam hidup. Yu karno pecelmu inspirasi bagiku, kini ku merindukan pecel mu...........