Bengawan Solo menyimpan ancaman karena berpotensi mendatangkan banjir di saat musim penghujan. Di musim penghujan, potensi terjadinya bencana alam yang berupa banjir sangat besar. Analisis ini akan berusaha menjawab terkait dengan potensi banjir DAS Bengawan Solo di Kota Surakarta.
Hulu
1. Rusak dan hilangnya daerah tangkapan hujan (cathcement area) akibat illegal loging
2. Faktor alamiah : Jenis batuan dan tanah yang kurang baik dalam menyerap air, seperti : Wonogiri.
3. DAS Bengawan Solo memiliki mayoritas tanah Latosol/liat (463.000 Ha) sehingga tidak baik dalam penyerapan air.
4. Kurangnya daya dukung ekosistem.
Kemampuan Ekosistem memulihkan diri
tidak mampu mengimbangi tingkat keru-
sakan yang terjadi.
Tengah
- Penggunaan lahan oleh manusia mempertinggi tingkat erosi.
Suatu DAS umumnya memiliki tingkat erosi tertinggi pada bagian tengah. Hal ini di sebabkan karena kawasan ini masih memiliki kemiringan yang curam ditambah dengan perubahan penggunaan lahan yang memicu tingkat erosi seperti : pemukiman, tegalan, perkebunan bahkan sebagian sudah bisa digunakan untuk area persawahan. Endapan bawaan sungai sangat tinggi yaitu mencapai 2,75 Kg / meter kubik atau mencapai 350 Juta Kg perhari. Sebagai pembanding, lumpur Lapindo yang keluar dari perut bumi pada bulan September adalah 50 000 meter kubik sehari dari luapan lumpur yang isinya 70% air dan 30% endapan. Jadi kalau saja BJ lumpur itu 2 kg/m3, maka endapan lumpur Lapindo sekitar 30 000 Kg sehari.
- Kesadaran masyarakat akan terjadinya banjir masih rendah.
Masalah sampah sungai. Umumya masyarakat membuang sampah ke sungai dengan alasan praktis. Keadaan tersebut diperparah dengan pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Di samping perkembangan industri baik skala rumah tangga maupun industri besar juga ikut memicu terjadinya perubahan kondisi Bengawan Solo.
Hilir
1. Sedimentasi sungai
Erosi di hulu dan tengah menyebabkan sedimentasi di hilir, khususnya di sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai.
2. Fluktuasi debit besar
Rusaknya catchment area menyebabkan air tanah berkurang dan aliran permukaan semakin besar. Hal ini menyebabkan banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
3. Bentuk DAS Bengawan Solo paralel
DAS Bengawan Solo berbentuk paralel yang memiliki dua sub DAS utama yaitu yang berasal dari barat dan selatan. Tempat pertemuan dari sub DAS ini adalah Bojonegoro, kawasan ini memiliki bahaya banjir paling tinggi.